Diambil dari beberapa sumber, aku mencoba mengambil kesimpulan
sendiri tentang pria yang dewasa, maaf ini akibat kekecewaan yang mendalam
terhadap pria yang mengaku dewasa padahal faktanya NOL besar. mari kita simak
:)
menurut cipto.net
Ada sebuah pertanyaan, kapan seorang pria bisa dianggap
dewasa baik secara pola pikir maupun tingkah laku?
Secara hukum, pria dianggap dewasa jika ia sudah menikah
Secara umur, pria dewasa berumur 20-40 tahun
Pria dewasa bukan hanya dilihat dari umurnya, karena banyak
pria yang kelihatannya dewasa tapi sikapnya masih kekanak-kanakan, ada pula
anak-anak yang sikapnya sok dewasa. Jadi bingung kan? Kalau menurut saya,
kenapa seorang pria dikatakan dewasa itu adalah ketika ia mampu berbuat dan
mampu bertanggung jawab atas apa yg diperbuatnya, tahu konsekuensinya, mampu
bertindak bijak, bisa beradaptasi dan menghargai orang lain.
Saya tak bermaksud menjudge sikap seorang wanita. Tapi pada
dasarnya setiap wanita menyenangi bahkan mencari pria yang akan menjadi pilihan
hidupnya, Adalah dia seorang pria yang tidak hanya cukup tampan, tapi secara
kepribadian dan sikap mental dia dewasa, dan menurut hitungan ekonomi dia juga
mapan. Ini bukan sikap yang berlebihan. Ini sikap yang wajar dan rasional.
Wanita yang tergila-gila hanya karena cinta dan pesona fisiknya laki-laki,
hanyalah wanita yang sedang mampir sesaat atas nama cinta, realitanya mereka
akan tak mampu bertahan dalam waktu yang panjang, jikalaupun harus berakhir ke
pelaminan, ujung-ujungnya hanyalah perceraian.
Tengoklah perjalanan cintanya para selebritis yang sering
muncul dalam pemberitaan infotainment, kisah putus nyambung mereka biasanya
dengan pria yang cenderung sebaya usia dengannya, sesama profesi artis, model,
ataupun pemain sinetron. Tapi jika sudah berbicara tentang pernikahan,
kebanyakan cenderung memilih pasangan yang lebih tua, dewasa dan mapan secara
ekonomi. Rata-rata kalangan pengusaha sukses atau eksekutif kantoran.
Mengapa ini terjadi? Sekali lagi hal ini adalah sesuatu yang
wajar dan rasional. Secara psikologis, wanita selalu menginginkan sosok yang
membuatnya selalu merasa nyaman jika ada disisi seorang pria yang dicintainya.
Pengertian nyaman tentu bisa berarti nyaman dalam berbicara, berinteraksi,
dalam menunjukan rasa saling sayang dan cintanya. Kondisi seperti itu hanya
bisa ditemukan pada sosok pria yang dewasa secara sikap dan kepribadian, dan
mapan secara ekonomi.
Pria dewasa adalah dia yang memiliki kedalaman dalam
menyikapi hidup, kearifan pola pikir, pengalaman, dan pengetahuan (keilmuan).
Sehingga setiap yang diucapkannya adalah sesuatu yang sadar dan logis, termasuk
dalam mengekspresikan rasa cintanya. Dia pandai mengatur ritme emosionalitas
rasa, kapan memuji, dan kapan menunjukan ketidaksenangan (marah). Lelaki dewasa
adalah dia yang bisa mengatur dan mengendalikan dua potensi yang ada pada
dirinya, yaitu akal dan hati. Maka janganlah heran, jika sosok pria yang dewasa
seperti itu, banyak digilai para wanita, membuat wanita mudah klepek-klepek.
Tapi jika kedewasaan seorang pria, sedikit saja ada mental petualang cintanya,
dia hanya akan menjadi pria penikmat wanita, dia akan menjadi playboy yang akan
banyak membuat banyak wanita tersiksa dan menderita.
Lalu bagaimana dengan urusan mapan? Lagi-lagi hal ini
amatlah wajar dan rasional, siapa yang mau hidup bersama-sama pasangan pria
dalam keadaan susah, seorang wanita pasti menginginkan menjalani kehidupan
bersama dalam bangunan rumah tangga yang didalamnya ada pertimbangan rasa aman
secara ekonomi. Karena hal itu menyangkut masa depan keluarga dan anak-anaknya.
Sangatlah naïf jika seorang wanita hanya berfikir semata-mata karena cinta.
Hari gini, wanita mana yang maju membangun rumah tangga hanya berpatokan karena
cinta. Biarlah bab romantika cinta itu hanya cerita-ceria di SMA dan bangku
kuliah saja. Dalam dunia yang sudah mengarah pada kehidupan riilnya, dia pasti
berfikir sesuatu yang akan menjamin, atau minimal member harapan positif akan
kehidupan ekonomi keluarganya dimasa yang akan datang. Apalagi dengan keadaan
hidup masa kini yang semakin hari semakin berat saja.
Seorang teman saya yang kebetulan masih single, bercerita
panjang lebar seputar alasannya hingga kini belum juga berumah tangga, dia
seorang teman SMA yang kini sukses menjadi eksekutif disalah satu perusahaan
telekomunikasi kelas dunia. Dia sangatlah cerdas, karena dia lulusan sekolah
teknik ternama di Kota Bandung, orangnya tipikal lurus, bukan yang suka
macem-macem, meskipun dia hidup di belantara ibukota. Dia menceritakan
bagaimana harus menolak banyak pedekate dari beberapa wanita, baik yang ada di
kantornya maupun dalam komunitas pergaulannya. Alasan dia sederhana, saya tak
mau menerima cinta seorang wanita yang ingin jadi pasangan hidup saya, hanya
karena saya dianggap dewasa dan sudah mapan. Nah lho, emang kenapa? Tanyaku.
Karena bagiku, dia yang layak mendampingi sisa hidupku, adalah dia yang
benar-benar klik dengan hatiku. Jadi kesimpulannya, Aku harus benar-benar
tertarik dan benar-benar mencintai dia……halaaah !
dan menurut http://blognyajose.blogspot.com ciri-ciri pria
yang tidak dewasa adalah:
Sensual
Anak-anak mengalami proses merasakan, bertindak dan
berpikir. Sedangkan pria dewasa berpikir, bertindak dan akhirnya merasakan.
Tetapi saat ini, kebanyakan pria dewasa mirip seperti seorang anak kecil,
mereka lebih suka bertindak dahulu baru berpikir, kemudian merasakan penyesalan
atas tindakannya itu.
Egois
Pria yang tidak sadar akan keegoisannya adalah pria yang
belum dewasa. Seorang pria yang belum dewasa sering kali tidak sadar akan
keegoisannya, mari kita lihat contoh berikut: suatu keluarga, ayah, ibu dan
seorang anak sedang makan pagi bersama. Di meja makan telah tersedia roti panggang,
susu dan yang lainnya. Ketika sang anak hendak mengambil roti panggang,
tangannya menyenggol gelas yang berisi susu hingga jatuh. Seketika itu juga
ayahnya memandang dia dengan mimik muka yang marah sambil berkata: “kurang
ajar! Susu aja tumpah, kamu gimana sih ngambilnya!” Sang anak tidak menjawab.
Selesai makan, dia langsung masuk kamar dan menagis. Keesokan harinya, diwaktu
yang sama, keluarga ini di meja makan lagi. Saat sang ayah hendak mengambil
roti panggang, tangannya menyenggol susu hingga jatuh, sang ayah memandang
marah kepada sang ibu dan berkata: “mama! Kenapa taruh susu disini!”
Tidak Konsisten
Tuhan dan wanita, menginginkan agar pria memiliki
konsistensi, ketegasan dan kekuatan. Kesetiaan adalah batu penjuru dari
karakter. Sering kali pria hanya mengutamakan dan menonjolkan kemampuan dan
kharisma, tetapi tidak menekankan kesetiaan. Hanya kesetiaan yang dapat membuat
pria terus berkembang dalam hidupnya. Kharisma bisa membawa Anda ke atas,
tetapi hanya karakter yang dapat mempertahankannya.
Tidak Tepat Janji
Perkataan seorang pria adalah ukuran dari karakternya.
Perkataan Anda membuktikan kepriaan Anda, kepriaan Anda membuktikan perkataan
Anda.
Tidak Bertanggung Jawab
Hakikat utama menjadi seorang ayah adalah mengajar
anak-anaknya bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Tanggung jawab seorang
ayah bukanlah membuat keputusan bagi anaknya, melainkan membiarkan anaknya
melihat bagaimana sang ayah membuat keputusan. Tanggung jawab terhadap
kesuksesan tergantung pada kemauan untuk bertangung jawab terhadap kegagalan.
Suka Bersembunyi
Krisis tidak akan membentuk karkater seorang pria, krisis
hanya akan mengungkapkan siapa dia sesungguhnya. Orang sukses melihat krisis
sebagai kesempatan untuk berubah: dari yang kurang kepada yang lebih, dari yang
kecil kepada yang lebih besar.
Hanya Berespon Terhadap Pemaksaan
Pria yang belum dewasa adalah pria yang hanya berespon
apabila dipaksa atau ditekan. Tuhan tidak menciptakan manusia untuk menjadi
diktator, melainkan pemimpin.
Apabila ketujuh ciri ini masih melekat pada Anda berarti
anda belum tepat dikatakan dewasa. Menjadi laki-laki adalah masalah kelahiran,
menjadi pria sejati adalah masalah pilihan.
0 komentar:
Posting Komentar