Pages

Categories

Blog Archive

find me on facebook

Find me on Twitter @angkaSEBELAS

Minggu, 11 November 2012

Tak Selamanya Kita Ada di Kubangan Lumpur



Berbicara tentang hidup memang tidak ada habisnya. Terkadang terbesit beberapa petanyaan yang hanya bisa kita jawab sendiri dalam diam, seperti: untuk apa saya hidup? Apa yang sudah saya lakukan dalam kehidupan saya? Kenapa saya hidup? dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya.



Begitu pula pengalaman, satu bagian yang tidak pernah lepas dari makna kehidupan. Ya, bagi sebagian orang, mengambil hikmah dari pengalamannya menjadikan mereka belajar memahami makna kehidupan. Seperti semboyan iklan Chitatoes “Life is never flat”. Hidup itu tidak selamanya baik-baik saja, hidup itu tidak datar, melainkan berstruktur. Kadang hidup itu bergelombang, bergerigi, atau banyak lubang bahkan berkubangan lumpur. Di sini, aku akan berbagi pengalamanku tentang bagaimana cara menikmati kehidupan ketika kita sedang berada di kubangan lumpur. Kenapa kubangan lumpur? Aku mengambil perumpamaan itu, karena aku rasa itu istilah yang pas untuk menggambarkan situasi atau kondisi ku pada masa-masa sulit waktu itu.

Aku hanya seorang gadis berusia 19 tahun yang belum banyak memiliki pengalaman. Terlalu sering untuk mengeluh dan tidak bisa menerima kenyataan. Keadaan ini jauh lebih parah ketika aku berusia 15 tahun lebih tepat ketika aku berada di bangku SMA kelas 1. Aku terbilang paling muda di kelas, melihat teman-temanku yang usia nya lebih tua dibandingkan dengan usiaku.

Terlahir di kota Batam, dari keluarga yang serba berkecukupan dan dipandang, memanjakanku sejak aku masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Tapi untungnya kedisiplinan dari keluargaku tidak pernah luntur, bahkan untuk saling berbagi terhadap sesama pun kami tak pernah perhitungan untuk melakukannya.
           
Aku tumbuh menjadi anak yang bisa dibilang paling membanggakan orang tuaku, menghabiskan masa kecil, masa remaja hingga sekarang ini selalu di kota Batam yang kecil ini dan menjadi juara kelas berturut-turut dari SD hingga SMA kelas 1. Prestasi demi prestasipun aku raih, baik akademik maupun non akademik. Terbiasa mendapat beasiswa sehingga biaya sekolah tidak terlalu memebebani keluarga ku. Aku bangga menjadi seperti itu, hingga tak menyadari bahwa itu hanya titipan Nya, itu tak akan bersifat selamanya bahkan hanya sementara.
           
Keluarga ku diterpa isu PHK besar-besaran dari perusahaan bapakku. Bapak yang hanya sebagai kontraktor dari perusahaan swasta hanya bisa berharap bukan dia dari salah satu karyawan yang di-PHK dan kami pun ikut serta mendoakan hal tersebut. Alhamdulillah bukan bapak salah satu nya, tapi kenyataan pahit yang harus kami terima adalah bahwa mungkin bapak akan selalu pindah tugas mengikuti lokasi proyek yang dikerjakan perusahaannya, mengingat perusahaan bapak tak lagi mendapat wewenang untuk mendirikan kantor cabang di kota Batam.
           
Untuk awalnya bapak ku hanya ditugaskan di Tanjung pinang, tidak jauh dari Batam dan setiap hari sabtu atau minggu bapak masih bisa pulang. Keadaan ekonomi keluarga ku semakin memburuk, semua tak bisa lagi seperti dulu, serba ada. Aku yang masih punya dua saudara kandung yaitu kakak pertama ku dan adik ku hanya bisa hidup sehemat mungkin. Kakak yang menempuh pendidikannya di akademik kebidanan membuat bapak ku harus lebih merogok kocek untuk membayar biaya kuliahnya yang tidak sedikit tiap bulannya.
           
Keadaan seperti ini membuat ku down, aku, Nofi yang gemuk, yang memiliki berat 52 kilogram mendadak kurus menjadi 48 kilogram. Hidup ku hampir menjadi tidak teratur, dan yang menyedihkan lagi pada saat pengumuman juara kelas SMA kelas 1 semester 2, nama ku tidak termasuk dalam daftar nama yang menjadi juara. Tak lagi mendapat beasiswa, membuatku semakin down.
           
Kemudian bapak ku dipindah tugas lagi ke Pekanbaru, semakin jauh keberadaannya. Hanya bisa pulang sebulan sekali atau bahkan dua bulan sekali. Aku yang waktu itu belum punya ATM sendiri, hanya bisa menunggu uang jajan 1 bulan sekali dan itu pun hanya 50 ribu perbulan. Kalau dihitung-hitung sangat tidak cukup. Tapi apalah daya, aku pun tidak bisa menuntut lebih untuk itu.
           
Aku ingat sekali, dalam keadaan seperti ini, keluarga ku memutuskan untuk membangun rumah kami menjadi 2 tingkat yang rencananya akan dibangun kost-kost-an. Sebagai uang pemasukan sebagai cadangan bila suatu hari kami perlu uang lebih dan tidak bisa dikirimkan oleh bapak.
           
Pada saat masa pembangunan lantai dua tidak memakan waktu yang singkat bahkan melebihi dari target dikarenakan musim hujan, tidak sehari dua hari kami harus menguras air dari lantai atas yang masuk ke lantai bawah yang menyebabkan banjir.
           
Aku dan mamak sering melakukan puasa senin kamis untuk meminimalisasikan pengeluaran harian. Semakin ku rasa ekonomi keluarga ku semakin mencekik, aku pun berusaha uuntuk menjalankan puasa dari hari senin sampai jum’at. Jika tidak ada kegiatan lain sering aku lanjutkan hingga hari minggu.
           
Aku selalu berdoa agar keluarga ku mampu dan terus bersama menjalani apapun ujian dari Allah swt. Aku tidak berdoa supaya Allah meringankan cobaan atau ujian ini, karena aku yakin Allah tidak akan memberikan cobaan dibatas kemamupuan umatnya.
           
Mulai terbiasa dengan kondisi ini, tiba-tiba hari yang terasa sangat berat pun tiba, beras habis, susu formula untuk adikku yang waktu itu masih balita juga habis. Uang simpanan mama juga habis, tinggal sisa uang jajanku yang masih, dan jika kuberikan pun tidak akan mencukupi untuk membeli beras 1 karung dan susu formula.
           
Akhirnya kami terpaksa membeli beras kiloan dan susu kedelai atau lebih tepatnya air perasan tahu sebagai pengganti susu formula adikku. Bapak yang belum bisa pulang karena belum diperbolehkan menjadi kabar buruk bagi kami yang tersisa di rumah, semua nya habis. Untuk makan pun kami hanya bisa makan indomie, telur, dan sayur-mayur yang serba murah. Benar-benar tidak ada persediaan lagi. Emas demi emas sudah dijual mamak, hingga emas terakhir yang kami miliki yaitu antingku yang tinggal sebiji karena yang satu lagi sudah hilang di pemakaman ketika mengantar jenazah almarhumah guru SMP ku.
           
Sedih rasanya, “untung rambutnya panjang, mungkin kalau pendek bakal dikira laki-laki karena tidak memakai anting-anting” itu kalimat mamak yang aku ingat sampai sekarang.
           
Aku yang terpuruk menemukan 1 titik cerah yang begitu menyemangatiku waktu itu. Aku mulai mengenal APG (angkutan pelajar gratis) program bantuan dari persatuan badan amil zakat. Ini sungguh sangat membantu bagiku dan keluargaku serta keluarga teman-temanku yang lain yang juga membutuhkan.

           
Aku merasa, ini lah saat nya aku bangkit. Keadaan seperti ini seharusnya tidak menyiksaku. Inilah hidup, cerita kesusahan menjadi bagian darinya. Kalo hidup ini indah-indah saja tentu tidak akan ada seni nya hidup ini.
           
Puasa tetap aku lakukan dan dari masa kebangkitanku aku mulai semngat lagi untuk menuntut ilmu. Tidak sedikit guru-guru menyodorkan aku peluang untuk mengikuti kegiatan ini itu. Pernah aku masuk ke dalam kantor majelis guru, salah satu guruku bertanya “Nofi kenapa kurus sekali sekarang?” dan Pak Mulyanto, guru yang hampir tahu semua tentang permasalahanku celetuk menjawab “iyalah Bu, puasa terus dia” . Aku pun hanya menyengir “hehe”. Ibu itu kemudian bilang lagi “puasa diet ya?”. Waduh parah bener nih nanya nya, fikirku, ya tapi biarlah, tidak semua orang harus tau tentang masalahku.
           
Penerimaan anggota Organisasi Siswa atau OSIS tahun ajaran baru telah dibuka. Aku sama sekali tidak mendaftarkan diri untuk itu. Namun setelah Raker selesai, namaku dimasukkan menjadi salah satu anggota nya oleh guru bahasa Inggrisku yang kebetulan menjadi koordinator seksi intelektual yang mencantumkan namaku.
           
Wah..apa-apaan ini? Pak Jamal (guru bahasa Inggris yang juga koordinator seksi intelektual) memanggilku. Setelah bicara panjang lebar, aku tetap saja menolak untuk menjadi anggota osis, apalagi aku tidak diangkat seperti anggota yang lain, bahkan tidak mengikuti raker. Namun Pak Jamal terus saja bersikeras, 2 hari kemudian aku dipanggil pak mulyanto mengenai masalah ini. Pak mul sangat mendukung agar aku bisa bergabung dengan OSIS karena beliau merupakan Pembina OSIS masa itu. Beliau juga mengatakan, ini satu diantara upaya supaya aku bisa bangkit, semgat lagi dengan menyibukkan diri di organisasi. Iya juga fikirku, akhirnya aku menerima tawaran itu.
          
Seminar demi seminar selalu aku yang ditunjuk untuk mewakili sekolah, demikian juga pelatihan-pelatihan, apalagi pelatihan tentang emosional, aku yang mewakili sekolah lagi. Mulai dari Forum Anak Batam, ESQ, Lomba PMR juga aku yang dikirim meskipun aku bukan anggota PMR waktu itu. Tapi beruntunglah, aku dan teman-teman yang selalu mewakili sekolah pulang dengan rasa bangga karena berhasil membawa nama baik sekolah.
          
Hari demi hari, bulan demi bulan, jadilah aku aktifis sekolah. Tidak hanya mengikuti seminar dan pelatihan-pelatihan, akupun sibuk dengan lomba-lomba di dalam dan di luar sekolah. Akhirnya pada pemilihan anggota OSIS selanjutnya aku diangkat menjadi coordinator seksi intelektual, jadi makin tambah sibuk. Bahkan teman-teman ku menyebutku wanita karir. Aku berfikir, mungkin aku tidak bisa lagi menjadi juara kelas, tapi masih ada kemampuan lain yang aku miliki dan aku pasti bisa meraihnya.
           
Mulai dari cerdas cermat, debate bahasa Inggris, MTQ, Karya Ilmiah, hingga lomba PMR pasti ada aku. Mungkin guru-guru udah bosan dengan aku. 2 tahun lebih aku beradaptasi dengan masalah keluarga yang seperti ini. Lama-kelamaan tidak terasa berat untuk dijalani. Benar juga kata Allah, bahwa Ia tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu merubahnya sendiri. Aku tidak mungkin bisa bangkit jika aku tidak memulainya dari diriku sendiri.
           
Aku bisa menjadi dikenal semua kalangan waktu itu, bukan karena aku cantik, tapi karena aku percaya diri aku punya kemampuan yang lebih dari sekedar berdandan atau bersolek. Boleh ditanyakan kepada teman-temanku, siapa Nofi itu? Nofi Cuma anak cewek yang gendut, hitam dan tidak pandai bergaya. Tapi kalau ditanyakan kepada guru-guru, nofi itu aktivis sekolah J maaf bukan sombong, tapi memang itu kenyataannya hehe

Mulai kelas 3, aku merasa bosan dengan aktivitasku yang hanya itu-itu saja, tidak ada tantangan, karena kepala sekolah dan orang tuaku melarang untuk sibuk ini-itu lagi. Tapi tetap ada masalah yang menantangku masa itu. BIMBEL atau bimbingan belajar yang selalu ngetred menjelang UN pun menggodaku. Akhirnya aku mencari tempat Bimbel yang harganya terjangkau. Setelah mendaftar dan menjalaninya sekitar beberapa bulan, ternyata yang kami dapatkan dari Bimbel sama dengan harganya. Aku pun ingin mendaftar ke tempat Bimbel lain, yang lebih berkualitas. Akhirnya aku mendapat bantuan dari guru SMP ku, beliau bersedia membiayai lesku yang waktu itu harganya sebesar Rp 1.500.000,- agar aku bisa selalu pergi dan pulang bareng dengan adinda nya, Novia, temanku sejak SMP yang juga sekelas ketika aku SMA. Alhamdulillah ya Allah. Engkau telah memudahkan segala urusanku. Begitu baiknya beliau, beliaupun tidak mengizinkan aku untuk menceritakan ini kepada orang tuaku, mengingat beliau juga tahu bagaimana keadaan keluargaku. Akupun berjanji akan membayarnya jika aku sudah ada uang nanti, tapi beliau menolahnya, subhanallah. Lepas dari masa susah itu, kerjaan pae sudah mulai normal, meskipun masih pulang balik Batam-Pekanbaru.

Tapi siapa sangka, sebulan menjelang UN, aku dan teman dekatku Novia dipanggil untuk menghadap kepala sekolah untuk mewakili sekolah mengikuti lomba menulis essay tingkat SMA kota Batam. Aku heran, padahal Kepsek sendiri yang bilang bahwa kami tidak boleh ada lagi kegiatan di kelas tiga selain sekolah, belajar dan pemantapan. Ternyata karena memang tidak ada lagi calon dari adik-adik kelas yang mau ikut serta mengingat deadline nya tinggal 1 malam lagi. Wow It’s amazing! Dadakan banget yah?  Diiusir dari kelas karena harus menyiapkan materi untuk lomba menulis itu, aku merasa rugi tidak mengikuti pelajaran dan pemantapan, tapi itulah dia tantangannya. Setelah aku selesai dengan mengumpulkan karyaku keesokan harinya, aku harus kerja keras untuk mengejar segala ketertinggalanku di kelas. Mengingat aku bukan salah satu juara kelas lagi di kelas jadi harus benar-benar banting tulang untuk belajar materi yang sudah ketinggalan.

Empat hari kemudian saat hari pengumuman, para guru mengajak kami untuk bersama menghadiri acara pengumumannya, tapi kami berdua menolak dan merasa pemantapan fisika hari Sabtu lebih penting daripada acara itu, karena kami tidak yakin bisa menang

Siapa sangka? Guruku menelpon kepada guru matapelajaran yang sedang mengajar di kelasku, kami berdua berhasil mendapatkan juara, Novia juara satu dan aku juara dua, masing-masing kami mendapatkan trophy, piagam serta tabungan. Alhamdulillah aku benar-benar bersyukur sekali terhadap Allah swt.

Hidupku masih bergelombang, aku sangat bercita-cita menyambung kuliah di luar Batam mengambil perguruan negeri, tetapi cobaan kembali menerpaku, aku gagal mengambil PMDK di 3 universitas yang aku impikan hanya karena aku tidak mendapat restu dari orang tuaku. Padahal semua dokumen yang dibutuhkan sudah aku siapkan, uang tiket ke jawa juga sudah disiapkan, aku hanya tinggal pergi untuk tes ngaji dan tes bahasa Arab. Tapi 1 hari menjelang keberangkatan aku tidak jadi berangkat. 4 kandidat dari sekolah, 3 yang berangkat karena aku tidak jadi. Aku benar-benar down waktu itu.

Belum lepas dari masalah itu, aku mendapat accident dan harus kehilangan gigi depanku. Betapa malunya aku. Sepanjang masa perbaikan gigi dari dokter gigi, aku hanya bisa diam dan tersenyum jika aku senang, tidak bisa tertawa sama sekali karena aku malu. Ya Allah, ini benar-benar berat.

Selesai UN dan UAS, seluruh kelas 3 yang lainya sudah mulai sibuk dengan mempersiapkan diri memasuki dunia perkuliahan, sedangkan aku? Sudah tidak lagi memikirkan itu. Lulus UN saja mungkin aku akan sangat bersyukur. Lagi-lagi, hidupku bergelombang lagi, dapat telepon dari sekolah untuk kembali mewakili sekolah lomba debate bahasa Inggris, padahal statusku hampir menjadi alumni dan gigiku, membuat aku jadi tidak pede.

Tapi aku selalu dikuatkan oleh guruku, hingga aku berusaha untuk tampil maksimal tidak memikirkan lagi soal gigiku, kalau bukan aku, siapa lagi? Aku tidak boleh menolak, ini semua demi sekolahku dan masa depanku juga.

Tidak menang juga tidak papa, yang penting tampil. Lawan kami pada saat itu adalah sekolah SMA swasta Mondial, yang bahasa Inggrisnya cukup handal juga. Mereka sengaja menguji kesabaranku dengan pura-pura tidak mendengar apa yang aku katakana. Masya Allah..

Tapi tidak papa, itu Cuma batu kerikil buatku. Yang penting sudah tampil. Aku bersyukur sekali bisa membantu sekolahku dalam hal-hal yang sesuai dengan kemampuannku.

Lulus dari sekolah, aku masih belum mau memikirkan kuliahku lagi, apalagi dengan masalah gigi seperti ini, aku jadi merasa malas menjalani hidup. Tapi pernah suatu hari aku teringat sebuah peristiwa, waktu itu aku sedang mengikuti ceramah agama pada saat class meeting, pak ustad yang ceramah menyodorkan uang 30 ribu,  bapak itu hanya berjalan memutar meneglilingi kami dan bertanya siapa yang ingin mendapatkan uang ini. Jujur aku sangat ingin. Tapi aku hanya diam dulu, memikirkan bagaimana caranya, kemudian 2 dari peserta yang hadir maju kedepan, tapi bapak itu tidak memberikan uang itu. Tiba-tiba uang itu tepat berada di depan muka ku, tanpa fikir panjang, langsung aku raih uang itu. Bapak itu teriak, “Naahh,..ini dia”. Aku pun mendapat penjelasan, ketika kita menginginkan sesuatu, jangan hanya berusaha dan menunggu tetapi juga harus meraihnya. Ini pelajaran yang berarti buatku.

Aku pun bertanya dalam hati, apa yang aku tunggu? Siapa yang akan memberi? Tentu tidak ada. Tapi kita yang harus meraihnya sendiri.


Aku memutuskan untuk mencari kerja terlebih dahulu, membantu meringankan beban keluargaku, alhmdulillah aku diterima sebagai guru les bahasa Inggris di sebuah yayasan di Batam. Kehidupanku mulai normal lagi, aku tetap berkuliah tapi di perguruan tinggi swasta di Batam. Bapak ku tetap bertugas di luar kota, beliau sedang di Medan sekarang.
           
Hidup ini memang harus bergelombang, bergerigi bahkan berkubangan lumpur. Sehingga kita bisa mengambil pelajaran tentang hidup. Tapi ketika mendapat cobaan, jangan menyerah dan berkecil hati, Move On! Lakukan yang terbaik untuk kedepannya, raihlah apa yang ingin kita raih. Sekian.
separador

1 komentar:

Unknown mengatakan...

jadi terharu baca ini
gk nyangka ternyata qo sekuat itu phay
aq pikir hidup qo berjalan dengan sangat mulusnya seperti senyum dan canda tawa qo dulu waktu SMA
:)

Posting Komentar


About me

Foto saya
“I'm selfish, impatient and a little insecure. I make mistakes, I am out of control and at times hard to handle. But if you can't handle me at my worst, then you sure as hell don't deserve me at my best.” ― Marilyn Monroe

With My Beloved Husband

With My Beloved Husband
“Love is that condition in which the happiness of another person is essential to your own.” ― Robert A. Heinlein, Stranger in a Strange Land

with my family

with my family
they are my home, the place where I go..I love my family :)

Childish Crew

Childish Crew
suka lollipop, rajin minum susu, ngemil, makan mie, itulah childish crew :) ada Lidia, Aini, Nurlina, and Devi plus Nofi (lima serangkai)

with jepi and amoii

with jepi and amoii
we love hang out together, especially to Mega Mall Batam Centre :)

I love Rain

I love Rain
kamu suka hujan? aku suka. karena hujan menyimpan banyak cerita berbeda di setiap tetesnya :)